Seandainya seorang tamu yang Anda cintai dan Anda muliakan menghubungi Anda, dan mengabarkan bahwa dia akan datang kepada Anda, dan akan tinggal bersama Anda selama beberapa hari, maka tentu Anda akan senang dan bahagia. Karenanya, Anda akan bersiap-siap untuk menyambut kunjungannya. Anda melakukan apa yang Anda sanggupi, mulai dari menyiapkan diri sendiri, menata rumah dan mempersiapkan acara bagi tamu agung itu selama Anda menjamunya.
Lalu bagaimana menurut Anda jika tamu yang datang ini ternyata bukan hanya Anda yang mencintainya, bahkan dia
kecintaan Allah dan Rasul-Nya serta seluruh kaum muslimin? Bagaimana jika tamu ini membawa kebaikan dan keberkahan?
Tamu yang mulia itu adalah bulan Ramadhan. Bulan Qur’an dan puasa, bulan tahajjud dan tarwih, bulan kesabaran dan ketakwaan, bulan rahmat. Pengampunan dan pembebasan dari api neraka. Bulan yang di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang diborgol padanya setan. Ditutup pintu-pintu neraka dan dibuka pintu-pintu surga. Kita memohon kepada Allah untuk mendapatkan keutamaan bulan tersebut. Bulan yang digandakan padanya kebaikan dan ketaatan. Bulan yang di dalamnya terdapat pahala-pahala yang agung dan keutamaan-keutamaan yang besar.
Inilah tamu agung kita. Karenanya, kita perlu menyambutnya dengan sambutan yang sebaik-baiknya. Bersiap menyambutnya dalam bentuk amaliyah agar meraih manfaat yang sangat agung, sehingga keluar dari bulan Ramadhan dalam keadaan ruhnya telah suci dan jiwanya telah bersih. Firman Allah
“Sangat beruntunglah orang-orang yang membersihkan jiwanya” (QS. As Syams: 9).
Sayangnya, jika Anda perhatikan keadaan dunia Islam dalam menyambut bulan Ramadhan, Anda akan dapati mereka menyambutnya dengan hal-hal yang kebanyakan bertentangan dengan syariat Allah .
Allah berfirman (artinya),
“Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman walaupun kamu sangat menginginkannya”. (QS. Yusuf:103)
Di antara mereka ada yang menyambutnya dengan perayaan-perayaan, konser-konser musik, dan sebagainya. Ada yang menyambutnya dengan mempersiapkan tayangan sinetron-sinetron sepanjang Ramadhan. Mereka menyebutnya sinetron dan film-film islami, tapi sebenarnya di dalamnya terdapat banyak hal terlarang untuk dipertontonkan. Sebagian yang lain menyambutnya dengan berdesak-desakan di pasar. Membeli aneka macam makanan dan minuman.
Amat sayang, bulan yang seharusnya disambut dengan taubat, amal shaleh dan bersyukur kepada Allah dengan hati, lisan dan seluruh anggota tubuh, diganti dengan memperbanyak jenis makanan dan minuman. Seakan-akan, Ramadhan adalah bulan makan, minum, dan tidur di siang hari serta begadang pada malam hari dengan kesia-siaan. Padahal Rasulullah bersabda,
“Sejelek–jelek umatku adalah yang dikenyangkan dengan kenikmatan yaitu mereka yang memakan aneka macam makanan.” (HR. Baihaqi, hadits hasan).
Ini hanya secuil dari sekian banyak fenomena yang terjadi pada kaum muslimin yang bertentangan dengan petunjuk Nabi Muhammad . Kepada saudara-saudara kita tersebut, kita ingatkan firman Allah (artinya),
“Sesungguhnya petunjuk Allah adalah sebenar-benarnya petunjuk” (QS. al-Baqarah : 120).
Bagaimana Seharusnya Menyambut Ramadhan
1. Berdoa
Yaitu berdoa kepada Allah agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian salaf. Demikian pula memohon kepada Allah pertolongan-Nya dalam melaksanakan puasa, shalat dan amalan-amalan shaleh lainnya dengan sebaik-baiknya.
2. Bersuci dan membersihkan diri.
Yang dimaksudkan di sini adalah kebersihan yang sifatnya maknawi, yaitu taubat nashuha dari segala dosa dan maksiat, meskipun sebenarnya hal ini wajib di setiap waktu.
Kepada saudara-saudara kita yang saat ini masih bergelimang dalam kemaksiatan, kita ingatkan:
Bagaimana pantas Anda menyambut hadiah Allah kepada Anda sedangkan Anda dalam keadaan yang tidak diridhai-Nya?
Bagaimana Anda berpuasa dan berbuka dengan barang-barang yang haram ?
Wahai yang meninggalkan shalat, bagaimana mungkin puasa Anda diterima sedangkan Anda meninggalkan rukun yang kedua, yang mana orang yang meninggalkannya, tidak akan diterima seluruh amal-amalnya?
Wahai para pemakan riba, suap, dan harta haram lainnya, bagaimana Anda menahan diri (berpuasa) dari segala yang mubah (makan dan minum) lalu berbuka dengan sesuatu yang haram?
Wahai anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, bagaimana jiwa Anda bisa tenang berpuasa, padahal malaikat Jibril telah mendoakan kejelekan bagi Anda dan telah diaminkan oleh Nabi !
Wahai yang meninggalkan kewajiban-kewajiban dan melakukan hal-hal yang haram, bagaimana anda mengharapkan puasa Anda diterima dan bermanfaat, padahal Anda dalam keadaan seperti ini? Belumkah Anda mendengar sabda Nabi ,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya maka tidak ada bagi Allah kepentingan terhadap puasanya (yang sekedar meninggakan makan dan minum)” (HR. Bukhari).
Dan sabda beliau yang lain
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ
“Boleh jadi orang yang berpuasa namun bagian yang didapatkannya hanyalah lapar dan haus” (HR. Ahmad, hadits shahih).
Maka marilah kita bertaubat dengan taubat yang benar dan nasuha, karena Alhamdulillah pintu taubat senantiasa terbuka. Taubat bukanlah sekadar meninggalkan dosa-dosa, namun taubat yang hakiki adalah kembali kepada Zat Yang Mahamengetahui yang gaib Jalla Wa ‘Alaa dengan jiwa dan raga. Allah berfirman (artinya),
“Maka segeralah kamu kembali kepada (menaati) Allah, sesungguhnya aku pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (QS. Adz-Dzariyat: 50).
3. Mempersiapkan jiwa untuk menyambut bulan puasa
Perbanyak puasa di bulan Sya’ban semampu Anda. Demikian pula amal-amal shaleh lainnya, karena bulan Sya’ban adalah bulan yang diangkat padanya amalan-amalan kepada Allah . Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Usamah bin Zaid yang diriwayatkan oleh Nasaai dan Ibnu Khuzaimah serta dihasankan oleh al-Albani, bahwasanya Rasulullah berpuasa penuh pada bulan Sya’ban atau beliau memperbanyak puasa pada bulan tersebut.
4. Bertafaqquh (mempelajari) hukum-hukum puasa dan dan mengenal petunjuk Nabi sebelum memasuki Ramadhan
Pelajari syarat-syarat diterimanya puasa, hal-hal yang membatalkannya, hukum berpuasa di hari syak, perbuatan-perbuatan yang dibolehkan dan dilarang bagi yang berpuasa, adab-adab dan sunnah-sunnah berpuasa, hukum-hukum shalat tarawih, hukum-hukum yang berkaitan dengan orang yang memiliki udzur seperti mengadakan perjalanan, sakit, hukum-hukum yang berkaitan dengan zakat fitri dan lain-lain. Maka hendaknya kita berilmu sebelum memahami dan mengamalkannya. Sebagaimana firman Allah (artinya),
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan termpat tinggalmu.” (QS. Muhammad:19)
Di dalam ayat ini Allah mendahulukan perintah berilmu sebelum berkata dan berbuat. Rasulullah bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barang siapa yang diinginkan oleh Allah kebaikan kepadanya, maka Allah memahamkannya dalam ilmu ad-Diin.” (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Mengatur dengan sebaik-baiknya program bagi tamu yang agung ini dengan mempersiapkan program untuk diri sendiri, keluarga dan orang-orang yang kita cintai demi memanfaatkan bulan yang mulia ini sebaik-baiknya, seperti membaca, mempelajari dan menghafal al-Qur’an, qiyamul lail, memberikan buka bagi orang-orang yang berpuasa, umrah, i’tikaf, sedekah, zikir, tazkiyatun nafs dan berbagai jenis ketaatan yang lain.
Ya Allah, pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan dan bantulah kami dalam berpuasa, shalat tarawih dan amal shaleh lainnya. Ya Allah, teguhkanlah kami dalam ketaatan hingga kami berjumpa dengan-Mu, sesungguhnya Engkau Mahamendengar lagi Mahamengabulkan permohonan. Wallahu A’lam.
Shalawat Allah dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad , keluarga beliau dan para sahabatnya.
Abu Abdillah
Maraji’: Lembaran dakwah yang ditulis oleh Abu Mush’ab Riyadh bin Abdir Rahman Al-Haqiil dengan beberapa perubahan dari redaksi
di copas dari : http://stibamakassar.wordpress.com/2011/07/15/begini-seharusnya-menyambut-ramadhan/
.:: BEM STIBA ::.
Sekretariat : Jln. Inspeksi PAM Manggala Raya Makassar 90234 Tlpn. (085 255 535 542)
E-mail:bemmadah@gmail.com
Posting Komentar